“Emotional Buyers ”

Keberhasilan merupakan harapan semua orang

Bagi yang menjual sebuah produk, keberhasilan merupakan sebuah proses yang diraih dengan susah payah.

Bagi yang “berhasil membeli” adalah tercapainya sebuah impian yang telah direncanakan sebelumnya.

Ditengah persaingan yang timbul, kemampuan seseorang untuk menciptakan sebuah produk dan mampu mengkomunikasikan secara komprehensif merupakan kunci sukses tersebut

Tantangan dalam menjual selalu dipengaruhi pada dinamisasi psikologi market pada saat itu, artinya sebuah design produk akan menjadi sangat relatif antara satu pembeli dengan pembeli yang lain, namun fungsi dan variable lain dari sebuah produk paling tidak jangan terlalu jauh dari kebutuhan dasarnya.

Artinya terakomodasinya kebutuhan konsumen maka akan memperluas segmen dan target pasar yang akan diraih.

Setelah berhasil menciptakan sebuah produk yang relevan, tantangan berikutnya adalah bagaimana mengkomunikasikan produk tersebut, sehingga pesan yang akan disampaikan harus impresif dan terdeliver dengan baik

Ditengah disrupsi pasar yang terjadi ditambah lagi adanya pandemi covid 19, pastilah akan merubah behaviour pasar secara significant.

Namun kita dapat melihat juga, bahwa ditengah perubahan yang pesat tersebut pastilah terdapat opportunity yang lebih besar lagi.

Saat ini proses distribusi komunikasi kepasar, harusnya tidak semahal masa lalu ; dulu kita harus mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk memasang sebuah iklan di media masa, dan kita harus menunggu berapa banyak telepon masuk yang bertanya tentang iklan kita, lalu kita masih harus menunggu berapa banyak yang akan datang ; belum lagi pengeluaran above the line lain yang sudah pasti akan menggerus biaya yang sangat besar.

Prinsipnya terkoneksinya antara penjual dan pembeli membutuhkan anggaran yang sangat mahal namun hasil yang diharapkan masih penuh penantian.

Proses delivery informasi tentang produk itu juga dilakukan secara offline, artinya bagaimana caranya mengajak seluruh calon konsumen maupun bukan calon konsumen datang melihat produk yang akan ditawarkan. Mereka harus langsung merasakan atau berimajinasi apabila produk tersebut belum tersedia, yang penting event tersebut ramai dan se-emotional mungkin.

Eforia pembeli Emotional ini memang kerap sekali terjadi dibeberapa kota besar, walaupun demikian masih banyak juga kota kota lain yang masyarakatnya lebih rasional sebelum memutuskan untuk membeli,

Namun tidak menjadi masalah selama yang hadir banyak,  maka akan menjadi objek / konten media yang dapat digunakan untuk kegiatan komunikasi publik untuk menciptakan awareness dari produk tersebut.

Keberhasilan mengkomunikasikan secara impresif akan memberikan crowd pasar yang pada akhirnya memberikan keberhasilan dalam menjual.

Bercampurnya  antara pembeli yang EMOTIONAL maupun pembeli yang RASIONAL akan menciptakan EFORIA.

Eforia ini akan MENULAR antara satu dengan yang lainnya, baik yang rasional maupun yang emotional

Eforia ini menciptakan Opportunity yang besar bagi sebuah pengembang property yang berhasil memberikan impresi yang baik serta yang berhasil mengkomunikasikan produk tersebut ke pasar.

Mengumpulkan semua konsumen baik pembeli emotional maupun pembeli rasional dalam sebuah event yang sama akan memberikan tercapainya goal yang telah disusun.

Perbedaan yang essential antara pembeli rasional dan pembeli emotional hanyalah WAKTU.

Bagi pembeli emotional proses pengambilan keputusannya sangat cepat dan instant, tanpa perlu memikirkan constrain lainnya.

Sedangkan bagi pembeli rasional, proses pengambilan keputusan memerlukan waktu yang lebih panjang,  misalnya apakah produk yang dibeli sudah sesuai dengan kebutuhannya, apakah sudah memperhitungkan anggaran yang tersedia dan dari sisi investasi ; bagaimana exit plan apabila hendak dijual kembali … dan lain sebagainya.

Pada akhirnya yang terpenting adalah pastikan bahwa kemampuan menciptakan drama ini harus memberikan happy ending bagi semua orang.

 

“ Jadilah rasional untuk pilihan property anda sebelum terlambat”

hendry tamzel